Thursday, December 1, 2016

Hukum Sebab Akibat dari Antah-berantah


Kata2 yg paling bikin pusing di jaman gw abg adalah; 'makanya loe jangan gini gitu' dan 'itu akibat loe gini gitu'. Itu bikin gw mempelajari apa itu 'sebab akibat'.
Sebab akibat yang normal itu contohnya 'proses terjadinya hujan', apapun kemungkinan yang terjadi itu emang udah hukum alam seperti; awannya terbentuk dimana lalu dibawa oleh angin kemana (kecuali ada keterlibatan modifikator cuaca atau pawang ujan, itupun masih sekitaran tentang hujan).
'
'
Sedangkan hukum sebab akibat yang bikin pusing itu;

Contoh 1; Gw digigit nyamuk, trus ada yang bilang gini "makanya loe jahat sih ga minjemin duit ke gue buat jalan2 ke taman mini nyari pokemon."
~ Dimanakah hukum alam yang menyatakan letak keterlibatan nyamuk dalam hal perputaran ekonomi seseorang yang bukan seorang pengusaha obat anti nyamuk? Atau mungkin ada keterlibatan antara nyamuk dan pokemon? Itu misteri alam.
'
Contoh 2; Gw kehilangan komik bakabon, terus ada yang bilang gini "itulah akibat orang2 yang suka pelit nraktir makan siang."
~
"Terus gw harus nraktir orang makan siang biar komik bakabon gw ga ilang?"
"Iya."
"Klo udah terlanjur ilang trus gw nraktir seseorang ketemu ga itu komik?"
"Ga bisa, hukuman adalah hukuman."
"Kalo gw nraktir seseorang tapi pake ngutang itu hukumnya gimana?"
"Ilang sebentar trus ketemu lagi."
"Oh gitu... kenapa hukumannya harus komik gw yg ilang bukan piring kesayangan gw? Itu 'kan agak sedikit lebih nyambung."
"Karena kehidupan ini misterius, ingatlah itu."
"Kalo gw ga inget gimana?"
"Sendal loe ilang."
"...Sendal yang mana?"
"Yang biru keijo2an."
"Kalo yg ilang ternyata yg merah kepink2an?"
"Itu artinya loe cuma inget di jam2 tertentu."
"Kalo sehari inget trus tiga hari ga inget?
"Nah itu baru piring loe yang ilang."
"Bukan sendal yang pink keabu2an?"
"Itu kalo diantara 3 hari itu ada sejam dimana lo sempet inget."
"Oh gitu.."
"Begitu!"
'
'
Contoh 3; Ini lebih fancy.
Suatu hari saya belanja beli sabun warna ijo keungu2an, trus dijalan dicegat dan orang itu bilang;
"kalo beli sabun ijo keungu2an lo ga boleh lewat sini."
"Trus kalo lewat sini belinya bolehnya warna apa?"
"kuning keoren2an."
Pulangnya gw bawa sabun ijo keungu2an dan lewat jalan itu.
"Kan udah gw bilang ga boleh!" kata orang itu.
"Trus lo mo ngapah?"
"Itu artinya lo evil!"
"Ya udah, gw evil. Klo gitu trus mo ngapah?"
"Pokoknya mulai sekarang lo itu EVIL."
"So?"
"Evil!"
"........." gw ngeloyor meneruskan perjalanan.
"Evil!" teriaknya dari kejauhan.


~
Ijou.

Wednesday, September 28, 2016

Kenapa Saya Males Belanja di Pasar Tradisional?

Kita sudah sering denger orang ngomong

"Belanjalah ke pasar tradisional!"
"Bantulah rakyat kecil!"
"Tingkatkan kesejahteraan mereka!"
"Bantulah perekonomian pribumi!"
"Janganlah nawar, kalau perlu kasih lebih!"

Tapi pernahkah sekali saja para pedagang pasar tradisional itu mikir?

- Janjinya 15 ribu, saya kasih 20 eh nggak dikembaliin, pura2 lupa aja gitu. Saya masih mending, lah emak saya 50 ribu ga dibalikin. Kayaknya kita punya pohon duit aja gitu.

- Benda yang seharga 10 ribu di super market di jualnya 10 kali lipet ke saya. Apa maksudnya coba? Emang kita kita nggak punya 'common sense' terhadap harga barang?

- Kalo belanja nggak jadi karena ga ada yg cocok eh pedagangnya jutek "Emang gue pembantu loe!"

- Numpang nanya aja ga boleh "Emang gue satpam!"

- Berdiri sebentar di depan lapaknya (buat liat pedagang lain di sebrang) aja pedagangnya marah "Minggir! Ini jalanan nenek moyang loe!"

-Dan yang terparah adalah pelecehan seksual.

Tidak semua pedagang seperti itu? Saya tidak bicara data, saya bicara apa yang saya alami. Tidak diperlukan data untuk sebuah trauma.


Tambahan:
Emak saya nggak percaya bertransaksi emas sama pribumi, takut dibohongi katanya.

Pertanyaan:
Apakah artikel ini membuat para pedagang marah atau introspeksi diri? Jika marah berarti akan selamanya saya tidak percaya, jika introspeksi mungkin saya akan mencoba lain kali.


~
Ijou desu.

Anak Ayam

Jika anda mendengar pendapat/ide baru yang tidak begitu klop dengan anda lalu anda marah, pastikan kemarahan itu bukan kemarahan 'denial'.
Saya pernah mengalami apa itu 'kemarahan denial' beberapa tahun lalu, rasanya seperti anak ayam yang mematuk2 kaki gajah, berapa ribu anak ayam yang ikut serta pun tidak membuat gajah itu terluka sedikitpun, gajah itu malah melihat mereka sebagai sesuatu yang imut.

'Kemarahan denial' itu seperti; anda mengeluarkan semua pembelaan2 kecil untuk menghibur diri barang 3 - 4 bulan, setelah itu anda masih saja memikirkan ide/pendapat yang anda tolak itu dan terus mencari pembenaran dengan pembelaan2 kecil yang berbeda di setiap kesempatan.
Lalu di mana posisi saya saat ini setelah bertahun berlalu? Hanya bertopang dagu menonton para anak2 ayam pendatang baru yang berjuang dengan lincahnya, akhirnya saya pun melihat anak2 ayam itu sebagai sesuatu yang imut.
Jadi intinya, sulit untuk menetapkan di mana kita sebenarnya jika kita mempertahankannya dengan esmosi (kebiasaan ngomong 'esmosi' mulu ckckck).

Istilah 'denial dalam psikologi' itu bukan bikinan saya tapi Sigmund Freud.

Ya mungkin itulah sebabnya kenapa 'golongan ini' melarang untuk berdebat. Mulai saat itu saya bisa berjuang berdebat tentang apapun kecuali soal golongan ini. Tapi tetep klo ada waktu saya suka ngikutin sambil santai makan popcorn, siapa tau ada keajaiban.
Sumpah, susah menangnya. Biarpun kita teriak 'itu tidak benar!' sampe berdarah2, tapi klo golongan itu nyatanya emang selalu penuh dengan kemeriahan begitu, otomatis lawan udah menang.

~
Ijou.

Monday, September 26, 2016

Efek Dunning Kruger

Bicara tentang "Efek Dunning Kruger"; yaitu dimana seseorang merasa dirinya pintar tapi nyatanya tidak.
Dengan kata lain; orang pintar merasa bodoh karena dia sering melihat orang yang lebih bodoh darinya, sedangkan orang bodoh merasa pintar karena karena dia tidak bisa merasakan kebodohannya.

Tentu ini bukan tanpa kontroversi.

Teori ini cukup membingungkan (setidaknya ini versi saya), kita ambil contoh pengkotakan dari sistem IQ.

1. Idiot
2. Imbesil
3. Bodoh
4. Rata2
5. Diatas rata2
6. High intelligence
7. Genius

Menurut test saya cuma ada di 5 saja (tapi angkanya hampir nyerempet ke 6 loh), itu artinya di atas saya ada para 'high' dan 'genius', Sekarang anggap aja kita ada di satu ruangan dan saya ada bersama para kelompok 1, 2, 3 , dan 4 tentu saja saya merasa paling pintar di sana. Tapi kalo saya ada bersama para 5 & 6, tentu saya paling bodoh disana.

Atau mungkin teori yang saya sampaikan ini adalah teori orang rata2, karena orang genius itu tidak pernah punya waktu untuk merasa genius.

Jika ada orang yang menghumbar kegeniusannya, orang itu patut di curigai, bahkan jika orang itu hanya membahasnya, seperti saya.

Ijou desu.

Sunday, September 25, 2016

Saya dan Game Fatal Frame 3



 Fatal Frame 3 mengingatkan gw sama kisah nyata, tapi diceritain pun orang juga nggak bakal percaya.

Tapi kebetulan hari ini lagi boring, jadi mari kita cerita saja.

Lumayan buat iseng, anggap aja ini fiksi.

Jangan khawatir, gw ga akan menampakan yg serem2.

Pada suatu malam di sebuah RS gw heran kenapa penghuni ruang kelas 3 pada bolak balik ke kamar mandi milik ruang kelas 2 (ruang dimana gw lagi mengunjungi seseorang disana), kabarnya katanya di kamar mandi mereka ada yg aneh jadi nggak ada yg berani kesana. Dengan senang hati tentu aja gw menuju kamar mandi yg dimaksud (karena meskipun ketemu setan juga itu temen gw juga), gw jadi bahan tontonan waktu menuju kamar mandi tsb dan ada ibu2 yg berbisik "dia nggak tau kali, ya." Setelah pintu kamar mandi gw buka emang nggak ada apa2, cuma air ngocor doank, fakta itu gw tunjukin ke semua penghuni biar nggak ke kamar mandi tetangga sebelah lagi. Problem solved saat itu juga (sekitar jam 10 malam).

Buat mereka masalah selesai tapi ternyata masalahnya pindah ke gw, selama seminggu penuh gw mimpi mengerikan yang sama dan berulang, baru tidur 5 menit aja udah langsung 'di serang' lagi, kalo mau dibayangin mungkin sama seperti si Rei 'Fatal Frame 3' yg baru balik tidur. Alhasil setiap 30 menit gw harus terjaga dari tidur yang terpaksa, tapi bagaimanapun walau gw sadar udah di dunia nyata mereka masih aja menampakan diri (itu ada istilahnya di dunia psikologi tapi cuma teori tanpa experimen).
Untungnya, entah apa sebabnya, seminggu kemudian 'dia (salah satu karakter utama di mimpi gw)' tiba2 permisi pulang ke RS, dan fenomena 'fatal frame 3' itu pun hilang tanpa bekas dan gw bisa tidur dengan normal.

Hal seperti ini juga terjadi waktu gw kecil tapi cuma berlangsung 3 hari berturut2 dan dalam seharinya cuma sekali nggak berulang tapi lumayan bikin stress.
Bedanya kalo di 'Fatal Frame 3' dunia mimpi dan nyata beda lokasi, kalo gw berlokasi di tempat yang sama yaitu rumah gw, jadi waktu terjaga mereka bisa terlihat di tempat yang sama.

Oh ya... tentu saja tanpa foto2an.

Ijou desu

.

Sunday, September 18, 2016

DEBAT


Saya menerapkan gambar di atas pada hobi saya yaitu debat.

"Cognitively costly" ya itu dia, kenapa gw bilang debat memakan banyak energi (energi otak, bukan mulut atau papan ketik). Klo bisa gw gambarkan itu seperti sebuah 'jaring yg luas dan berlistrik'.

"Objective", ini yg paling langka ditemuin klo lawan gw org lokal, mereka itu hobi sama banget sama 'subjective'. Klo bisa gw gambarkan si 'objective' ini seperti 'timbangan pengadilan'. Objective ini paling penting tapi agak menyakitkan, makanya kadang kita bisa tertipu sendiri. Untuk melatih diri soal ini, para debaters biasa melakukan 'tukar posisi'.
"Causation", klo di bahasa gw ini seperti lempar lembing, anggap aja 1 terdekat dan 10 terjauh. Cukup menyebalkan ngeliat orang lain teriak2 sampe populer karna mereka bisa sampe angka 2 atau 3 dimana kita bisa sampe angka 6 atau 7 (tapi tidak populer). Bagaimana dengan 10? Mereka terlalu cerdas dan biasanya bodo amat dengan segala sesuatu kecuali dunia mereka, sekalinya tampil mereka biasanya bawa penemuan baru yg menarik.

"Emotions", ini yg bikin gw dibilang ga punya perasaan. Masalahnya, waktu bisa di ringkas sedemikian rupa tanpa 'hiasan2 penghakiman' itu. Di saat orang berkutat di A sampe Z dan ternyata inti masalahnya ada di X maka X-lah yg harus di fokus sampe tuntas sampe akar2nya.

Lepas dari semua itu kadang2 gw jedotin jidat ke tembok juga (tanpa kata2) karena ternyata level pemikiran lawan lebih minus dari pengharapan. Tapi tentu saja setelah jedotin jidat, gw balik lagi ke posisi normal seperti tidak terjadi apa2 (sambil merombak ulang strategi).
Satu lagi, jika kita punya lawan yg hobi dengan kata2 penghakiman yg fancy, kita bisa gunakan waktu luang itu buat me-recharge energi.
Tentu saja seperti biasa semua bisa di perdebatkan, saya bukan Sherlock, bahkan Sherlock aja kadang harus pake 'patch' biar bisa mikir jernih.


Secara Umum di Indonesia (sejauh pengetahuan saya)




Kalo di luar negri (terutama negri2 maju) komentar yg di kotak bawah itu dianggap sebagai troll (orang ngerjain cuma buat bikin rame doank), bahkan untuk troll pun udah ga laku lagi.

Andainya kalo yg dibawah itu asli bukan troll, itu artinya kita udah ketinggalan jauh dlm hal skill debat (untuk masyarakat umum, bukan mereka yg emang berprofesi untuk debat). Bukan ketinggalan saja, bahkan ditinggal sama sekali, itu artinya kita tanpa harapan karena ditinggal oleh para pengajar.

[sebenernya gw juga suka ngetroll, trus di ujung kalimat di tambah "3.. 2.. 1..." itu countdown buat ngeliat seberapa cepat mereka marah. Tapi troll itu juga harus tau tempat, nggak mungkin 'kan kita ngetroll di sini]

Saya nggak bilang semua orang Indonesia, karena ketemu beberapa yang luar biasa bagus, mulai dari tata bahasanya sampai strateginya.

Skill Ice Skating yang Berguna

Suatu hari saya terpeleset (tapi nggak jatuh, kebetulan agak berbakat di ice skating jadi tidak mudah terpeleset) di suatu tempat, terus saya bilang ke yang ada di situ "mungkin lain kali jangan buang air yang berminyak disitu."

Beberapa hari kemudian saya hampir terpeleset lagi dan bilang "tadi gw kepeleset donk....! Mantep 'kan?"

Dan tentu saja itu terjadi berulang sampe terbiasa.

Pada suatu hari orang yang ada disitu terpeleset dan jatuh tentu saja itu bahan tertawaan yang lucu, tapi ternyata saya salah, dia menatap dengan penuh kesedihan sambil bilang "Kejam! Sungguh tidak berperasaan! Kau bukan manusia!"

Dan saya pun memesan tiket untuk pergi ke planet jupiter untuk melihat-lihat apa masih ada apartemen yang tersisa di sana.

Ijou desu.